Budaya Indonesia adalah Pancasila: Sebuah Esai tentang Identitas dan Ekspresi

Senin, 23 Juni 2025 08:50 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
PANCASILA
Iklan

Pancasila adalah ruh yang menggerakkan dan menginspirasi keberagaman ekspresi budaya di seluruh nusantara

Pancasila, sebagai dasar negara Republik Indonesia, bukanlah sekadar rumusan filosofis yang tertuang dalam lembaran konstitusi. Ia adalah jiwa bangsa, inti dari identitas Indonesia yang terwujud dalam beragam ekspresi budayanya. Lebih dari itu, Pancasila adalah budaya itu sendiri, meresap dalam nilai-nilai, tradisi, seni, dan cara hidup masyarakat dari Sabang hingga Merauke. Memahami budaya Indonesia tanpa mengakui Pancasila sebagai fondasinya adalah memahami bangunan tanpa melihat kerangka utamanya.

Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, tercermin dalam keragaman kepercayaan dan praktik keagamaan di Indonesia. Toleransi dan saling menghormati antar umat beragama bukanlah sekadar slogan, melainkan nilai budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun. Gotong royong dalam membangun rumah ibadah yang berbeda, perayaan hari besar keagamaan yang dihadiri oleh pemeluk agama lain, serta filosofi hidup berdampingan dengan keyakinan yang beragam, semuanya adalah manifestasi budaya yang berakar pada pengakuan akan adanya kekuatan transenden yang diyakini oleh setiap individu. Seni pertunjukan seperti wayang kulit dengan lakon-lakon yang sarat nilai-nilai spiritual juga menjadi contoh bagaimana nilai ketuhanan diintegrasikan dalam ekspresi budaya.

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, terpancar dalam tradisi luhur seperti tepa selira (empati), gotong royong (kerja sama), dan musyawarah mufakat. Budaya saling membantu dalam kesulitan, menghormati harkat dan martabat sesama, serta mengutamakan dialog dalam menyelesaikan permasalahan, adalah cerminan dari nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Ragam bahasa daerah yang santun dan kaya akan ungkapan penghormatan juga menunjukkan betapa nilai ini telah mendarah daging dalam interaksi sosial. Upacara adat yang melibatkan seluruh anggota masyarakat tanpa memandang status sosial adalah contoh konkret budaya yang menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia, terwujud dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang mengakui dan merayakan keanekaragaman suku, bahasa, adat istiadat, dan budaya lokal. Kekayaan warisan budaya Indonesia, mulai dari tarian tradisional, musik daerah, pakaian adat, hingga arsitektur rumah tradisional yang berbeda-beda di setiap wilayah, adalah bukti nyata persatuan dalam keberagaman. Semangat nasionalisme yang kuat, tercermin dalam lagu-lagu perjuangan dan perayaan hari kemerdekaan, juga menunjukkan bagaimana kesadaran akan persatuan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia.

Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, tercermin dalam tradisi musyawarah di tingkat desa (rembug desa), sistem perwakilan di lembaga legislatif, serta penghargaan terhadap kearifan lokal. Budaya mendengarkan pendapat orang lain, mencari solusi bersama melalui dialog, dan menghargai keputusan yang diambil secara kolektif adalah implementasi dari sila ini. Seni pertunjukan rakyat seperti ludruk dan ketoprak seringkali menyajikan cerita-cerita yang menggambarkan proses pengambilan keputusan secara musyawarah.

Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, termanifestasi dalam semangat gotong royong untuk membantu sesama yang membutuhkan, upaya pemerataan pembangunan, serta cita-cita untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Tradisi saling berbagi hasil panen, membantu membangun rumah tetangga, atau memberikan bantuan kepada korban bencana alam adalah contoh budaya yang mencerminkan nilai keadilan sosial. Meskipun tantangan dalam mewujudkan keadilan sosial secara sempurna masih ada, cita-cita ini terus menjadi landasan dalam pembangunan bangsa dan tercermin dalam berbagai kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan seluruh rakyat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa budaya Indonesia dan Pancasila adalah dua sisi mata uang yang sama. Pancasila bukanlah konsep asing yang dipaksakan, melainkan kristalisasi dari nilai-nilai luhur yang telah hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia sejak lama. Budaya Indonesia adalah perwujudan nyata dari nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan sebaliknya, Pancasila adalah ruh yang menggerakkan dan menginspirasi keberagaman ekspresi budaya di seluruh nusantara. Mempertahankan dan melestarikan budaya Indonesia berarti pula memperkuat dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, sehingga identitas bangsa tetap kokoh dan relevan di tengah arus globalisasi.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Ahmat Zulfikarnain Lubis

Penulis Indonesiana | Mengemban Amanah Sejarah dan Beradaban

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler